Jumat, 29 April 2016

Bambino, Perjuangan Seorang Chef Amatir.


Dorama ini secara garis besar menceritakan tentang perjuangan seorang chef muda bernama Ban Shougo ( Matsumoto Jun) yang berasal dari daerah Fukuoka. Seorang chef junior yang memiliki ambisi tinggi menjadi seorang chef profesional. Pada saat liburan kuliah, dia diberikan kesempatan “magang” di sebuah restoran Italia, Baccanale yang terletak di Tokyo. Untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang chef profesional ia menerima kesempatan tersebut.

 Pada awal kedatangannya ke Tokyo, Ban datang dengan segala rasa percaya dirinya karena Ia sering mendapat pujian dari orang – orang yang sering berkunjung ke kedainya di Fukuoka. Baccanale menjadi suatu tempat yang memberikan banyak pelajaran bagi Ban untuk menghadapi kenyataan bahwa jalan untuk menjadi seorang chef profesional menjadi sesuatu hal yang tidak mudah.



Episode – episode awal banyak mengajarkan Ban untuk lebih rendah diri dan mau belajar dari orang lain. Penolakan – penolakan dan diremehkan terjadi pada episode awal karena biasanya para pekerja baru di Baccanale hanya mampu bertahan selama beberapa hari/minggu. Setelah magang selesai, Ban menjadi terobsesi terhadap Baccanale. Ia mengambil keputusan untuk berhenti kuliah dan bekerja di Baccanale. Perjuangan Ban mulai dimulai dari keputusannya untuk bekerja di Baccanale.

Menurut saya banyak kejutan – kejutan dari setiap episode dari Bambino yang dikemas dalam 10 episode. Menarik, karena setiap episode menuntut Ban keluar dari zona nyaman dan mencoba hal – hal baru. Dorama ini lebih mengedepankan tentang konflik internal Ban untuk mengatasi tugas – tugas baru di setiap episode. Dorama ini juga mengajarkan bahwa perjuangan untuk meraih suatu cita – cita bukan hal yang mudah dan kadang kita harus lebih banyak bersikap sabar, mau belajar dan rendah diri. Setting restaurant juga membuat dorama ini menarik karena kita dikenalkan secara singkat bagaimana para chef bekerja keras di setiap hidangan yang disajikan. Para tokoh di dorama ini juga saling mendukung satu sama lain. Oh iya, Ban Shougo mendapat nama panggilan “ Bambino “ yang tentunya nanti akan kita tahu asal mula dia mendapat julukan tersebut dari chef pemilik restoran Baccanale dari melihat dorama ini.





Bagi saya, dorama ini cukup menarik untuk diikuti dan mengajarkan banyak hal tentang kerja keras dan cara kita menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, tentunya di lingkungan kerja. Bambino recomended bagi yang suka dorama dengan tema makanan, masakan, ataupun restaurant tetapi mungkin agak kurang sreg bagi yang menyukai drama dengan tema percintaan. Unsur percintaan hanya diselipkan sedikit sebagai pemanis dalam dorama ini jadi, bagi yang mengharap ada nuansa romantis dalam dorama ini mungkin akan sedikit kecewa. Ending dalam dorama ini juga tidak terkesan menggantung dan bisa mengakhiri dorama ini dengan baik tetapi tidak menutup kemungkinan bisa dibuat sekuel dari dorama ini.

RATED : 7,5//10

GENRE : Slice of Life,

Share:

Pengakuan Yang Dinantikan, Film Confession/ Kohaku ( 2010 )



Confession berarti adalah ''Pengakuan'' dalam Bahasa Inggris. Tokoh-tokoh di dalam film ini memberikan suatu pengakuan yang berkaitan satu sama lain. Adegan pembuka dalam film ini menceritakan tentang seorang guru SMP bernama Yuko Moriguchi ( Takako Matsu ) yang ingin berhenti dari pekerjaannya tetapi para siswa di kelas tersebut seakan tidak peduli dengan keinginannya. Keadaan kemudian berbalik ketika ia menceritakan tentang kematian putrinya, Manami ( Mana Ashida ) yang diduga terpeleset dan tercebur ke dalam kolam renang. Ia membeberkan analisanya bahwa putrinya tewas karena suatu pembunuhan yang dilakukan 2orang siswa di kelas. Ia memberi inisial kepada 2 siswa pembunuh putrinya dengan inisial “ A” dan “ B “.

Keadaan mulai menjadi hening dan terungkap satu persatu kronologis dari kejadian tersebut. Kebencian dan dendam yang mendalam membuat Yuko memasukkan darah dari seorang yang terkena HIV ke dalam kotak susu yang telah diminum oleh A dan B. Keadaan langsung menjadi gempar dan cerita film ini berawal dari adegan ini.


Pembalasan dendam, ia lakukan sendiri karena hukum di Jepang tidak bisa menjerat ketika pelaku berusia di bawah umur/dewasa. Yuko ingin memberikan pelajaran tentang arti hidup. Terasa sadis memang, melakukan pembalasan dendam secara perlahan dengan menekan dari sisi psikologis kedua pelaku pembunuhan putrinya. Cerita mulai bergulir perlahan karena adanya ketakutan-ketakutan timbul dari A dan B yang merasa dirinya terkontaminasi virus HIV, dari stres secara psikologi akan kematian dan bullying dari teman-temannya yg menjuluki ''pembunuh''. Isu tentang bullying di sekolah juga menjadi salah satu pelengkap dalam film ini. Membuat keadaan di film ini menjadi lebih dramatis.

Menurut saya, film ini memiliki alur lambat apalagi dibumbui beberapa adegan slow motion. Pengakuan/confession satu per satu dari para tokoh juga digambarkan secara halus dan tenang, walaupun ada beberapa adegan sadis tetapi membuat kita tidak memalingkan wajah ke arah lain. Para tokoh dalam Confession juga dikenalkan dengan apik dan datar menambah nuansa gelap pada film ini. Sepanjang film terasa suram tanpa adanya suatu adegan yang membahagiakan. Hampir seperti film bergenre thriller tetapi dengan nuansa yang berbeda dan menyelipkan berbagai macam permainan psikologis untuk membalaskan dendam secara sadis tetapi indah.

Ada satu adegan yang sebenarnya saya berharap menjadi ending yang menyenangkan tetapi, seperti biasa film-film jepang bergenre misteri, pasti akan meninggalkan para penikmat film dengan tanda tanya ataupun dengan ending yang menyedihkan.

Ending film Confessions menjadi sesuatu hal yang tak terduga dan tidak bisa ditebak tetapi, saya rasa cukup untuk mengakhiri film ini. Inti dari Confessions menurut saya adalah bagaimana kita menghargai sebuah hidup dan bagaimana kita mengatasi berbagai masalah yang ada di dalam hidup kita. Setiap tokoh digambarkan memiliki suatu permasalahan yang menekannya secara psikologis. Ketika mereka tidak sanggup untuk menekannya mereka memilih jalan penyelesaian yang salah.

Bagi saya, film ini seperti film “ Saw “ tetapi dengan cara penyampaian lebih halus dan mengena. Tidak selamanya film dengan tema balas dendam harus digambarkan secara frontal dan film ini bisa menggambarkan sebaliknya. Walaupun terasa lambat tetapi dengan penuturan yang apik membuat film ini tidak terasa membosankan. Pantas saja, film ini diganjar beberapa penghargaan. Mungkin film ini bisa menjadi referensi bagi yang suka dengan alur film yang lambat dengan tema seperti ini. Confession tentunya dapat dimasukkan ke dalam list film yang harus ditonton. Film ini masuk ke dalam rating 18+ karena adanya adegan kekerasan dan pembunuhan di dalamnya.

RATED : 8/10
Genre : Thriller, Mystery.
Share:

Kamis, 28 April 2016

Arti Mimpi dalam Dorama Akumu Chan a.k.a My Little Nightmare( 2012 )


Dorama Akumu chan a.ka My Little Nightmare bercerita tentang Yuiko Koto ( Manatsu Kimura ) seorang murid perempuan aneh yang bisa melihat kejadian – kejadian di masa depan melalui mimpinya yang dianggap sebagai mimpi buruk. Perubahan dalam hidupnya terjadi hal ketika ia pindah ke sekolah baru dan bertemu Ayumi Mutoi ( keiko Kitagawa ) yang menjadi wali kelasnya. 

Hal – hal aneh mulai terjadi ketika Yuiko Koto melihat mimpi tentang seorang nenek yang terbakar di sebuah rumah dan ternyata rumah itu ia lalui ketika menuju perjalanan ke sekolah. Ia merasa sangat ketakutan dan meminta gurunya Ayumi Mutoi untuk menolong nenek tersebut. Semenjak itu, Yuiko Koto mempercayakan mimpi – mimpi yang dia alami untuk diceritakan kepada Ayami Mutoi dan mencari cara agar mimpi buruknya tidak menjadi kenyataan yang menyedihkan.
Awal mula saya tertarik dorama ini ketika saya melihat Keiko Kitagawa, saya sering melihat akting wanita cantik ini ini di beberapa dorama ataupun film jepang dan menjadi penasaran tentang akting – akting dia drama/film terbaru. Melihat dorama ini, membuat kita berharap mimpi – mimpi baik kita bisa menjadi kenyataan tetapi hal ini bisa jadi menakutkan ketika itu menjadi mimpi buruk. Dorama ini menawarkan pandangan – pandangan baru mengenai apa itu mimpi, proses terjadinya mimpi dan bagaimana kita mengendalikan mimpi kita atau yang biasa dikenal sebagai lucid dream. 

Mimpi dapat menjadi bunga tidur yang bersifat fantasi tetapi mimpi bisa berarti dorongan dari alam bawah sadar kita terhadap sesuatu hal yang kita inginkan atau yang kita takutkan. Suatu kejadian atau peristiwa yang tidak kita inginkan dapat kita tekan ke alam bawah sadar kita dan terkadang dimunculkan kembali dalam bentuk mimpi – mimpi. Ayumi Mutoi sebenarnya juga memiliki mimpi – mimpi ramalan tetapi ia lebih dapat mengendalikan mimpinya. 

Menarik, karena setiap episode menceritakan tentang Yuiko yang tanpa sengaja mendapat mimpi tentang teman – teman satu kelas. Mimpi tersebut tidak terinci secara jelas tetapi menjelma menjadi simbol – simbol binatang ataupun tokoh mitologi/ fantasy dan Ayami Mutoi yang memang memiliki ketertarikan dengan hal – hal semacam itu membantu Yukoi untuk menerjemahkan arti dari mimpi – mimpi tersebut. Di balik semua kepintarannya, Ayami Mutoi juga menyimpan masa lalunya yang membuatnya terhubung dengan Yuiko tanpa ia sadari.
Dorama sebanyak 11 episode membuat saya betah untuk melihatnya dari satu episode ke episode yang lain. Setiap episode menawarkan sesuatu yang baru dan terjalin suatu benang merah cerita yang kuat antara para tokoh. Pokoknya, serba banyak kebetulan dan hal yang tidak kita duga dalam dorama. Kehadiran tokoh – tokoh yang lain juga membuat setiap episode terasa tidak membosankan. I think it’s really fun ..... ketika suatu dorama membuat kita penasaran di setiap episodenya.

Mungkin saya menyimpulkan bahwa dorama ini lebih ke genre misteri, fantasy dan slice of life karena episodenya memberi pelajaran tentang kehidupan terutama hubungan orang tua dengan anak. Yahhhh,,, mungkin karena setting dorama ini adalah Sekolah Dasar jadi tentunya teman – teman Yukio juga lebih banyak adik – adik di Sekolah Dasar. Bisa jadi tontonan bersama tetapi kita harus memahami benar tentang proses dari mimpi sehingga kita tidak kesulita memahami jalan ceritanya. 


GENRE : Mystery, Fantasy, Slice of Life
RATED : 8/10
Share:

Selasa, 26 April 2016

Review Dorama 37.5 no Namida || Jepang ||


 Dorama 37.5 No Namida bercerita tentang keluarga ataupun seputar itu. Entah kenapa, saya menyukai dorama yang bergenre keluarga, slice of life/ berhubungan dengan kehidupan. Dorama dengan genre semacam ini biasanya sarat dengan pesan – pesan moral dalam kehidupan.


Dorama 37.5 no Namida dikemas dalam 10 episode, bercerita tentang Momoko ( Misako Renbutsu ) yang bekerja sebagai perawat kunjungan untuk merawat anak yang sedang sakit dan diharuskan untuk beristirahat di rumah. Perusahaan tempat ia bekerja bernama “ Little Snow “ yang didirikan oleh 3 orang yaitu Yanagi ( Naohito Fujiki ), Asahina ( Hiroki Narimiya ) dan Koyuki ( Hana Matsushima ). Perusahaan ini bergerak di bidang jasa perawat kunjungan untuk merawat anak yang sakit di rumah. Perusahan tersebut menerima Momoko yang pernah bekerja sebagai guru taman kanak - kanak walaupun dia akhirnya dipecat karena memiliki senyuman aneh yang membuat anak-anak ketakutan di sekolah. 


Pada awalnya Momoko tidak memiliki kepercayaan diri apalagi Yanagi meragukan kemampuannya sebagai perawat anak sakit. Beberapa peristiwa di awal episode membuat Yanagi sempat tidak percaya dengan Momoko karena ia selalu melanggar 3 peraturan dari “Little Snow “ salah satunya adalah untuk tidak mempedulikan urusan keluarga dari klien mereka. Momoko sering menghiraukan peraturan tersebut karena dia memiliki kepedulian terhadap para anak yang dirawatnya dengan latar belakang keluarga yang berbeda – beda. Momoko ternyata memiliki rasa trauma mendalam terhadap masa kecilnya dan hubungan kurang harmonis dengan Ibunya yang membuat dia memilki senyuman aneh. 

Anak – anak dari setiap episode memiliki permasalahan berbeda dengan sikap orang tua yang berbeda. Salah satu episode dari dorama ini menceritakan tentang bagaimana seorang ayah menjaga anaknya ketika ia harus menghadapi perceraian da istrinya memilih menikah kembali dengan pria lain. Ada beberapa episode menceritakan tentang bagaimana para “ single mother “ harus menghadapi dilema ketika ia memilih untuk bekerja dibandingkan untuk menjaga anaknya yang sedang sakit.

Dorama ini mengingatkan saya bahwa seorang anak adalah seorang peng”imitasi” yang baik dari orang tua ataupun lingkungan sekitarnya. Ada episode yang bercerita tentang seorang anak laki – laki bersikap tidak baik terhadap adik perempuannya dan ternyata hal itu ia lakukan karena Ayahya bersikap serupa terhadap adik perempuannya. Sikap dan didikan dari orang tua pada masa kecil  berpengaruh terhadap sikap anak ketika dewasa nantinya. Episode – episode dalam dorama ini mengajarkan banyak hal tentang bagaimana kita menyikapi seorang anak dengan segala tingkah lakunya. Dorama ini juga memberikan pemahaman singkat mengenai bagaimana para orang tua dapat memberikan pertolongan pertama ketika anaknya menderita sakit ringan tanpa harus dengan bantuan medis atupun obat – obatan. 


Menurut saya, dorama 37.5 No Namida sarat dengan pesan moral terutama bagaimana cara kira berkomunikasi dengan anak – anak agar mereka dapat memahami apa yang kita sampaikan dan orang tua juga mengerti apa yang anak mereka rasakan. Romansa percintaan juga tersaji minimalis sehingga fokus dorama ini lebih terhadap kisah Momoko menghadapi para klien kecilnya setiap hari. Hal itu membuat saya merasa nyaman karena dorama ini tidak memberikan kesan drama yang berlebihan dan dapat dijadikan tontonan bersama seluruh keluarga. 


RATED : 8/10
Genre : Keluarga, Slice of Life, Drama
Share: